SYUKUR

Oktober 30, 2018


Brak! Bedebum!
Aku berjingkat. Seketika aku menghentikan laju motorku dengan sedikit oleng. Tepat di belakangku sebatang pohon besar tumbang melintang di jalan. Angin yang cukup kencang sedari pagi rupanya membuat pohon itu tak mampu lagi berdiri tegak di atas akar-akarnya.
Sedetik saja aku lebih lambat melajukan motor, pastilah tubuhku penyet di bawah pohon itu. Meski begitu, entah aku harus menyesal atau bersyukur.
Kalau saja aku naik motor dengan lebih pelan, barangkali sekarang selesailah semua. Yah... Orang-orang itu, yang begitu membenciku akan bersorak jika aku mati. Tetapi aku tak harus mendengar lagi ocehan mereka setiap hari.
Namun sepertinya aku juga belum siap mati. Meski ruang hidupku kelabu sejak kehadiran mereka, tetapi mati artinya adalah hidup di kehidupan lain. Dan aku tidak yakin akan bahagia di kehidupan itu. Bagaimana kalau aku lebih sengsara?
Orang-orang mulai mengerubungiku dan pohon tumbang itu. Seseorang menyodori aku sebotol air mineral. Dan aku ingin berhenti meratapi diri. Lebih baik aku memilih bersyukur, bukan? Karena kenyataannya, dengan penuh keajaiban aku masih hidup.
Kukatakan bahwa aku baik-baik saja pada orang-orang yang memberondongiku dengan pertanyaan-pertanyaan. Lalu aku permisi melaju lagi dengan motorku.
Aku masih hidup. Jadi aku harus menyelesaikan hidupku dengan sebaik-baiknya. Tanpa menyesali apapun.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images