Mengajarlah, Maka Kaupun Belajar

Agustus 27, 2016


Mengajar? Tapi aku belum pernah. Lagipula aku belum selesai dengan rasa takut itu.

"Ini hanya pendampingan agama Islam, kok Mi. Paling hanya menghadapi lima sampai tujuh adik tingkat kita saja," Risa membujukku.

"Siapa lagi di teknik ini yang peduli sama yang seperti ini?" lanjut Risa lagi.

Aku peduli! Masalahnya aku belum selesai dengan rasa takut itu!

"Aku akan memikirkannya," kata itu yang akhirnya keluar dari mulutku. Aku butuh waktu untuk memutuskan.

Menghadapi lima sampai tujuh orang mungkin hal kecil bagi orang lain. Tapi tidak bagiku. Aku bahkan harus berlatih berulang kali untuk sekedar menyapa seorang yang kukenal.

Mengajar? Ya Allah... Berbicara di depan banyak orang? Apa aku bisa? Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan? Apa aku tidak akan ditertawakan? Ketakutan-ketakutan itu merajaiku.

"Ibu dulu mulai mengajar sejak kelas 2 MTs. Diminta guru untuk membantu mengajar adik kelas. Sejak itulah ibu mencintai mengajar," ingatanku kembali pada cerita ibu.

Aku memang melihat betapa cintanya ibu dengan mengajar. Kata ibu, mengajar artinya berbagi ilmu. Dan dengan berbagi ilmu, tak pernah berkurang ilmu yang dibagi, justru akan terus bertambah.

"Apa aku bisa, Ibu? Aku juga ingin berbagi ilmu. Tapi bagaimana menghadapi orang-orang itu?" bisik hatiku.

"Kau harus memulainya, Nak," kata ibu lewat telepon, ketika kuadukan masalahku.

Kata itu seakan charger yang menambah daya tekadku. Lalu aku bangkit menemui Risa.

"Aku siap," kataku. Seketika Risa memelukku.

Dan akupun mendaftarkan diri dalam program pendampingan agama Islam yang diadakan kampus itu.

Mengajar? Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku. Dan itu adalah pencapaian untukku yang penakut.

Ketika pertama kali tujuh pasang mata adik tingkat memandangku, rasanya aku ingin lari saja. Tapi lagi-lagi nasehat ibu terngiang, "Kalau tidak hari ini, kapan lagi kau akan memulai?"

Ya, aku harus memulai. Ya, aku harus mencoba. Dan semuanya menjadi lebih mudah untuk kedua, ketiga, kesekian kalinya.

Apa telah hilang rasa takutku setelah itu? Tidak, sekali lagi tidak. Aku tetap takut. Tapi aku tahu, aku harus mencoba.

Mengajar? Ya, aku mulai tumbuh setelah berbagi ilmu. Dengan mengajar aku belajar hal baru. Paling tidak aku belajar mengatasi rasa takutku.

Benar katamu, Ibu. Seperti yang selalu Ibu katakan, "Mengajarlah, maka kaupun belajar."

Aku telah membuktikannya.

You Might Also Like

10 komentar

  1. Betul mba kalau saya lagi training orang sama aza saya lagi transfer ilmu buat diei sendri :)

    BalasHapus
  2. Ilmu kalau diamalkan maka kita akan semakin terasah ya mbak :-)

    BalasHapus
  3. sangat sepakat jika kita mengajar maka secara langsung maupun tidak kita juga menjadi belajar

    BalasHapus
  4. Keren bisa mengajar ya mbak. Dulu saya pernah bercita-cita ingin jadi guru tapi nggak kesampaian. Sekarang mengajar anak sendiri aja di rumah, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi saya belum pernah jadi guru dalam sekolah formal, Mbak.

      Hapus
  5. Benar sekali, dulu saya pun selalu tidak PD. Alhamdulillah sekarang sedikit2 mulai PD :)

    setuju sekali bahwa mengajar itu ya kita sedang belajar juga karena jadi mencari ilmunya, bagaimana akan mengajar, dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Dg berbagi ilmu, ilmu kita pun insya Allah bertambah.

      Hapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images